Rabu, 27 April 2011

Kaget

Adakah disana kau rindu padaku

Meski kita kini ada di dunia berbeda

Bila masih mungkin, waktu kuputar

Kan kutunggu, dirimu

...

Namun cintamu abadi

(Mengenangmu-Kerispatih)

“Mau sampai kapan lo nangis dys?”

Hah? Suara itu menyadarkan diriku dari sebuah buaian. Aku terbuai oleh perasaan. Perasaan sakit, karena harapan itu sungguh telah pupus. Mata indah itu kini sudah tertutup. Tangan hangat itu sudah menyentuh butiran coklat. Ia pasti merasa hangat di dalam sana. Tapi mengapa ia meninggalkan ku dengan dingin ini?

*****

Inalillahiwainailaihirajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, sahabat kita, Refando Algazi, pada hari Senin, 29 Maret 2011, di Rumah Sakit Avicenna, Jakarta. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amin.

“Inalillahiwainailaihirajiun”

Hanya itu yang bisa kuucapkan. Aku tidak percaya. Ini semua hanya bohong. Tidak mungkin. Kemarin aku masih bersamanya. Aku masih duduk di sampingnya, menikmati makan malam bersamanya. Tidak mungkin. Kemarin aku masih melihat lengkungan itu di bibirnya. Cahaya di matanya. Tidak mungkin. Tidak dan tidak.

*****

Aku tak tahan lagi. Aku tidak bisa percaya. Lubang itu, menjadi rumah Refa sekarang. Tempat tinggal selama-lamanya bagi dia. Lagi-lagi aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak menetes. Aku harus bagaimana? Apa aku benar-benar harus percaya ini semua?

Pemakaman Refa sudah selesai, hampir setengah jam yang lalu. Tetapi sampai saat ini, aku benar-benar tidak kuat mengangkat tubuhku untuk berdiri. Mengangkat tanganku agar tidak menyentuh batu nisan pun tidak. Aku tak tega membiarkan Refa sendiri di dalam sana. Berteman bersama para cacing dan semut. Berdiam dibawah hujan tanpa ada yang menghangatkan tubuhnya. Ingin kuletakkan air hangat dan sekotak teh disebelahnya. Tapi untuk apa? Toh, dia tidak akan pernah mengambilnya.

Sampai suatu sentuhan menyadarkanku. “Ayo kita kembali. Tidak ada gunanya kalau lo terus menyebut-nyebut nama Refa. Refa tidak akan menyaut panggilanmu. Ayo pulang!” ajak si pemilik tangan.

Entah apa yang merasuki ku saat itu. Aku ikut dengannya. Berjalan dalam papahannya. Memang seperti yang sudah ke ceritakan. Jangankan berjalan, mengangkat tangan saja serasa tak bisa.

*****

“Woy anak baru! Ayo cepat masuk! Jangan lambat kenapa sih?”

Dan tanpa jawaban apapun, belasan anak yang awalnya hanya berjalan santai pun berlari. Berebut memasuki gerbang. Mereka adalah siswa siswi baru SMA Pelita. Mereka merupakan ‘korban’ para senior yang siap melimpahkan berbagai macam kesalahan dan masalah terhadap mereka. Masa Orientasi Siswa, MOS. Itulah yang akan dihadapi anak-anak yang baru lulus SMP itu.

DUK!

“Aduh!” seru Gladys membuat mereka yang berada di sekitarnya menoleh ke arahnya.

“Maaf-maaf. Sumpah, gue ga sengaja.” Pemilik suara itu mengulurkan tangan, membantu Gladys berdiri dan hanya bengong melihat gadis itu langsung hilang diantara yang lainnya. Aneh.

Hari pertama, kedua, dan ketiga dari Masa Orientasi Siswa pun usai sudah. Kini, siswa kelas 10 SMA Pelita pun mulai menyiapkan diri untuk benar-benar menghadapi dunia SMA yang sebenarnya. Kelas-kelas mulai dibagi dan..

“Eh, lo lagi! Lo yang waktu itu gue tabrak kan? Maaf ya waktu itu gue benar-benat tidak sengaja.”

Hampir saja aku jantungan! Hh, ada-ada saja. Kenapa harus dia lagi yang mengagetkan ku? Itulah yang ada di benak pikiran Gladys.

“Eh iya, lo lagi. Iya tidak apa-apa.”

Singkat. Ya, itulah. Gladys tidak tahu harus menjawab apalagi. Dan waktu itupun berlalu sudah. Sampai tak terasa, sudah 4 bulan ia menjadi siswa SMA Pelita.

*****

“Hari ini saya akan membagi kalian menjadi 15 kelompok, dimana setiap kelompok akan berpasangan laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang boleh mengelak, dan kalian juga harus belajar untuk bisa bekerjasama dengan orang yang mungkin tidak dekat dengan kalian”

AAAAA. Kenapa harus Pak Tejo yang menentukan? Mungkin setiap anak sedang memikirkan itu. Satu persatu nama dibacakan, sampai akhirnya “Gladys Andari dengan Refando Algazi”. Gladys dan Refa saling menatap. Mereka memang tidak pernah berbicara panjang lebar, paling-paling hanya seperti ketika Refa meminta maaf pada Gladys karna ia pernah menabraknya. Gladys pun bingung. Apa yang harus dilakukannya?

“Jadi kapan kita akan buat presentasi itu? Biar gue yang pergi kerumah lo. Kita mengerjakan disana saja. Gimana?” tanya Refa saat menghampiri Gladys.

Semua dimulai dari sini. Gladys yang menyetujuinya langsung mengizinkan Refa duduk dibangku sebelah. Mereka menghabiskan waktu istirahat itu untuk mebahas apa-apa yang harus disiapkan untuk menyelesaikan tugas mading Geografi dari Pak Tejo.

Kenapa tiba-tiba aku bisa ngobrol dengannya? Kenapa aku mau menghabiskan waktu istirahatku untuknya. Yang bahkan berbicara denganku saja hampir tak pernah. Mengapa ia mau meluangkan waktunya untukku? Aneh.

*****

“Bagus”

Begitu kata Pak Tejo setelah Gladys dan Refa mempresentasikan mading mereka. Tepuk tangan membahana di seluruh kelas. Pasangan ini benar-benar menunjukkan hasil maksimal. Dan kerjasama mereka sungguh mengesankan. Begitu lanjut Pak Tejo.

Tanpa menunggu Gladys yang mengumpulkan mading itu pada sang guru, Refa langsung duduk di bangkunya. Ia terlihat lemas dan memijit kepalanya. Gladys memperhatikan itu.

“Dys! Kenapa lo melihat ke arah Refa terus? Cie, jangan-jangan karna tugas ada benih-benih cinta nih? Hehe.” sentak Rina.

“Hus! Apa sih, Rin? Enggak, gue heran aja. Kenapa ya tadi Refa langsung duduk di kursinya. Lalu sekarang dia kelihatan lemas. Apa dia sakit?” jawab Gladys.

*****

“Dys! Gladys! Lo harus tau sesuatu!” seru Rina.

Saat itu Gladys baru saja menekan tombol hijau pada blackberrynya. Ia heran, ada apa dengan Rina. Kenapa Rina begitu semangatnya. Apa ada lagi laki-laki yang disukainya? Ya, rasanya hanya itu yang membuatnya terdengar berlebihan di telepon. Hanya itu, biasanya.

“Rin. Ada apa? Gue baru bangun, nih!”

“Dys, lo harus tau. Gue dapat kabar dari Vino. Refa ada dirumah sakit Dys.”

Begitulah, dan Gladys langsung bersiap. Ia segera meluncur ke Rumah Sakit Pelita di daerah Jakarta Pusat. Begitu sampai, ia berlari dan menuju ruang 209. Refa, ia sedang menonton tv. Terbaring diatas kasur dengan selang yang menmpel di tangan kirinya.

Si sakit masih bisa tersenyum ternyata. Ia menyuruh Gladys masuk dan duduk di kursi di dekatnya. Refa merasa kaget, tapi sungguh ia senang.

“Lo tau darimana Dys gue dirawat?”

“Dari Rina. Siapa lagi? Lo kan sudah tahu, Rina benar-benar cocok jadi wartawan infotainment.”

“Haha, jangan begitu. Dia kan sahabat lo, Dys.”

“Sebenarnya lo sakit apa, Ref?”

Refa terdiam. Hanya kelelahan. Itulah jawaban yang terlempar dari mulutnya. Ia tidak tahu apa Gladys pantas mendengar yang sebenarnya. Antara malu, tidak tega, dan tidak mau dikasihani. Terbayang lagi perkataan Dokter Iwan. “Refa, kamu mengidap kanker otak stadium tiga.” Sungguh ia berharap kedatangan Gladys bisa membuatnya lupa akan itu. Tapi sekarang, ia malah teringat kembali.

Malam itu Gladys dan Refa saling tersenyum. Gladys memang gadis yang perhatian dan senang menghibur. Cerita dan suaranya memang bisa membuat siapapun senang berada di sampingnya. Senyumnya yang manis membuat banyak orang tak mau melepas pandangan darinya. Sampai akhirnya,

“Ref, gue harus pulang. Sudah malam. Cepat sembuh ya, Ref!” kata Gladys dengan senyum dan semangat tersirat di dalamnya.

“Iya Dys. Makasih sudah datang. Gue bakal sembuh kok. Tunggu gue di sekolah ya!”

“Siap Ref”

“Dys, kalau nanti gue sudah sembuh, boleh gue ajak lo jalan?”

“Boleh.”

*****

Akhirnya Refa memang sembuh. Akhirnya mereka pun jalan bersama sesuai janji mereka. Dan sejak saat itu, Gladys merasakan sesuatu. Sesuatu yang sudah lama tidak dirasakannya. Terutama setelah kedua orangtuanya bercerai. Ia merasa bahagia disamping Refa.

Malam itu terasa indah. Udara dingin terasa hangat menyentuh kulit Gladys. Kebahagian itu menghangatkannya. Tapi, ia ragu akan perasaannya. Apa ia benar-benar bahagia?

*****

Tiga bulan lebih berlalu sudah. Kita Gladys dan Refa benar-benar telah akrab. Mereka saling menyayangi, antar sahabat. Tidak lebih dari itu. Walaupun keduanya menyimpan perasaan lebih dari sahabat. Perasaan yang mungkin pernah atau ingin dirasakan oleh jutaan remaja seusia mereka.

Hari itu Gladys dikejutkan oleh kedatangan sahabat-sahabatnya, termasuk Refa. Ya, hari ini 28 April adalah hari ulang tahunnya. Hari itu berlangsung indah. Gladys mengajak para sahabat untuk makan malam di sebuah kafe yang cukup ternama. Malam itu melengkapi segalanya. Sampai saatnya mereka harus bubar, mereka masih bisa tertawa-tawa.

“Sekali lagi selamat ulang tahun untukmu Gladys, sahabatku yang cantik dan pintar.” ucap Refa.

Ini adalah ucapan yang ke-4 kali diucapkan olehnya. Dan jawaban Gladys adalah kata “terimakasih” yang kesekian kalinya hari ini. Gladys memang sangat-sangat berterimakasih pada para sahabat hari itu.

Mereka berpisah. Mereka kembali kerumah masing-masing. Refa sempat mengantar Gladys ke mobilnya sebelum ia menghampiri motor kesayangannya. Gladys pun siap mengakhiri malam itu untuk tidur nyenyak bersama para bantal di ranjangnya.

*****

RRR.RRRR

Getaran itu sungguh menggangu tidur ku. Bbm ini sungguh mengagetkanku. Tetapi isi pesan itu, sungguh menyakitkan.

Inalillahiwainailaihirajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, sahabat kita, Refando Algazi, pada hari Senin, 29 Maret 2011, di Rumah Sakit Avicenna, Jakarta. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amin.

“Innalillahiwainailaihirajiun.”

Hanya itu yang bisa kuucapkan. Aku tidak percaya. Ini semua hanya bohong. Tidak mungkin. Kemarin aku masih bersamanya. Aku masih duduk di sampingnya, menikmati makan malam bersamanya. Tidak mungkin. Kemarin aku masih melihat lengkungan itu di bibirnya. Cahaya di matanya. Tidak mungkin. Tidak dan tidak.

*****

Gladys,

Aku tidak tahu apa kamu benar-benar bisa menerima semua ini. Tapi inilah kenyataannya. Mungkin suatu saat nanti kamu akan mengetahuinya. Mungkin saat aku sudah tidak bisa menyentuhmu lagi. Saat aku tidak bisa berbicara langsung denganmu. Kanker ini sungguh menyiksaku. Aku sedih, setiap aku tahu kamu khawatir dengan keluhan pusingku. Tapi sungguh, aku benar-benar berusaha kuat. Kuat untukmu Gladys.

Apapun yang akan terjadi suatu saat nanti, aku akan selalu menjagamu Gladys. Walaupun ragaku tak ada, tapi jiwaku akan selalu bersamamu. Aku siap menjadi malaikat pelindungmu.

Dari sahabat yang menyayangimu lebih dari sahabat,

REFA

*****

Refa benar-benar telah pergi. Kanker itu bukan pembunuhnya. Maksudya, kanker itu hanyalah pembunuh Refa secara tidak langsung. Refa benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit di kepalanya sampai ia tak mampu lagi menjaga keseimbangan motornya. Ia pun oleng, dan jatuh tepat di depan mobil yang melintas. Hancurlah ia. Bersama hadiah yang belum sempat ia beri kepada Gladys. Apa itu? Biarlah jalan keras dan roda mobil itu yang tahu.



Jakarta, 27 April 2011

Rizky Aninditha

Selasa, 26 April 2011

TURBO PASCAL

Apa itu Turbo Pascal?
Turbo Pascal adalah sebuah sistem pengembangan perangkat lunak yang terdiri atas kompiler dan lingkungan pengembangan terintegrasi (dalam bahasa inggris:Integrated Development Environment - IDE) atas bahasa pemrograman pascal untuk sistem operasi CP/M, CP/M-86, dan MS-DOS.

Dikembangkan oleh siapa?
Turbo Pascal dikembangkan oleh Borland pada masa kepemimpinan Philippe Kahn. Nama Borland Pascal umumnya digunakan untuk paket perangkat lunak tingkat lanjut (dengan kepustakaan yang lebih banyak dan pustaka kode sumber standar) sementara versi yang lebih murah dan paling luas digunakan dinamakan sebagai Turbo Pascal. Nama Borland Pascal juga digunakan sebagai dialek spesifik Pascal buatan Borland.
Bagaimana sejarahnya?

Turbo Pascal pada awalnya adalah kompiler Blue Label Pascal yang dibuat untuk sistem operasi komputer mikro berbasis kaset, NasSys, milik Nascom tahun 1981 oleh Anders Hejlsberg. Kompiler tersebut ditulis ulang untuk CP/M dan dinamai Compas Pascal, dan kemudian dinamai Turbo Pascal untuk sistem operasi MS-DOS dan CP/M. Versi Turbo Pascal untuk komputer Apple Macintosh sebenarnya pernah ditembangkan tahun 1986, namun pengembangannya dihentikan sekitar tahun 1992. Versi-versi lain pernah tersedia pula untuk mesin-mesin CP/M seperti DEC Rainbow dalam beberapa penembangan .

Borland telah menembangkan tiga versi lama dari Turbo Pascal secara gratis disebabkan karena sejarahnya yang panjang khusus untuk versi 1.0, 3.02, dan 5.5 yang berjalan pada sistem operasi MS-DOS .

Versi pertama dari Turbo Pascal, yang kemudian disebut sebagai versi 1, memiliki unjuk kerja yang sangat cepat dibandingkan kompiler pascal untuk komputer mikro lainnya. Kompiler tersebut tersedia untuk sistem operasi CP/M, CP/M-86, dan MS-DOS, dan penggunaannya sangat luas pada masa itu. Versi Turbo Pascal untuk CP/M saat itu bisa digunakan pada komputer Apple II yang sangat populer jika digunakan dengan sebuah Z-80 SoftCard, produk perangkat keras pertama yang ditembangkan microsoft di tahun 1980.
Versi 2 dan 3 merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi sebelumnya, mampu berkerja dalam memori, dan menghasilkan berkas biner berekstensi .COM/.CMD. Dukungan atas sistem operasi CP/M dan CP/M-86 dihentikan setelah versi 3.

Bagaimana struktur bahasa Turbo Pascal?

1. Judul Program

2. Deklarasi

3. Deskripsi

Apa maksudnya 'Judul Program'?

Judul program dalam Turbo Pascal bersifat optional dan tidak ada pengaruhnya dalam program. Jika ditulis akan memberikan nama program dan suatu daftar parameter optional dimana program itu berkomunikasi. Daftar itu bisa terdiri dari sederetan indentifier yang diakhiri dengan tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma.

Apa maksudnya 'Deklarasi'?

Syarat terpenting dalam pembentukan suatu program adalah, bahwa setiap variabel, type non-standard, label, procedure non-standard, serta function non-standard yang dipakai didalamnya harus di-“nyatakan” / di-“deklarasi”kan terlebih dahulu pada bagian deklarasi. Setiap deklarasi tersebut harus bersifat unik (tidak boleh serupa satu sama yang lain).

Apa itu "Identifikasi" dan apa ketentuannya?

a. Nama identifier harus dimulai dengan karakter huruf alfabet: a sampai z, A sampai Z atau karakter ‘_’ (underscore / garis bawah)

b. Karakter berikutnya boleh karakter numerik (0 .. 9) atau kombinasi alphanumerik (huruf-numerik).

c. Panjang nama, pada berbagai versi Pascal umumnya antara 32 – 63.

d. Tidak boleh menggunakan karakter istimewa: + – * / | \ = < > [ ] . , ; : ( ) ^ @ { } $ # ~ ! % & ` ” ‘ dan ?

Apa saja jenis Identifikasi (Identifier)?

1) Identifier Umum

2) Identifier Standard

3) Identifier Reserved Word

Maksudnya?

1) Identifier umum merupakan identifier yang didefinisikan sendiri oleh pemrogram. Pemrogram mempunyai kebebasan untuk menentukan nama identifiernya, dengan syarat nama tersebut tidak sama dengan identifier standar dan reserved word yang akan dibahas lebih lanjut. Hal ini untuk mencegah kesalahan yang bisa timbul akibat tumpang tindih identifier dalam program.

2) Identifier standard merupakan identifier yang didefinisikan oleh pembuat kompiler Pascal. Biasanya pembuat kompiler menyediakan suatu library yang sudah ada didalam kompiler. Library berisi berbagai procedure, fungsi atau unit yang sudah siap pakai. Misalnya Turbo Pascal Windows 1.5 memiliki suatu unit untuk memproses output yaitu wincrt, gotoxy, yang dengan mudah bisa dipakai oleh programmer di dalam menuliskan kode-kode programnya.

3) Identifier Reserved Word adalah identifier yang sudah didefinisikan dan digunakan oleh bahasa PASCAL itu sendiri (Kita tidak bisa menamai identifier kita dengan ini).

Apa itu Variable Declaration dan bagaimana cara penulisannya?

Setiap variabel yang digunakan dalam program harus didefinisikan terlebih dahulu sebelum digunakan.

CARA PENULISAN:

<nama var> :

Ada berapa tipe variabel? Apa saja? Apa maksudnya?

Ada 2 tipe variabel, yaitu:

1) Ordinal Types; tipe data yang mempunyai urutan pasti. Terdiri dari integer, char, dan boolean.

2) Real Types; tipe data yang digunakan untuk mengolah angka yang tidak bulat (dalam desimal).

Bagaimana dengan proses pemrograman komputer?

Ketika melakukan pemrograman dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi, ada beberapa operasi yang harus dilakukan. Mekanisme ini dikenal sebagai siklus edit-compile-run. Mempelajari proses ini adalah berbeda dengan belajar bagaimana untuk membuat program; kita harus menguasai proses ini, dan hal tersebut adalah penting.

Bagaimana urutan prosesnya?

1) Edit

2) Compile

3) Run

Apa fungsi dari Turbo Pascal?

1) Pendidikan;

Borland Pascal masih digunakan sebagai materi yang dipelajari sebagai mata pelajaran atau mata kuliah di beberapa sekolah, dan universitas di Jerman, dan Amerika. Di Beligia, Romania, Serbia, Moldova dan Bulgaria Pascal digunakan bahkan di sekolah menengah tingkat pertama. Namun di Afrika selatan, Pascal tidak lagi digunakan, melainkan menggunakan Delphi dan Java.

Beberapa kalangan guru lebih memilih Borland Pascal 7, atau Turbo Pascal 5.5 disebabkan karena lebih sederhana dibandingkan IDE modern yang ada saat ini (seperti Visual Studio, atau Borland JBuilder), dengan demikian meraka dapat memfokuskan pengajaran lebih banyak pada sisi bahasa, dan bukan pada bagaimana cara mengoperasikan IDE tersebut. Selain dari itu, perangkat lunak tersebut tersedia secara gratis dan bisa diunduh dari situs resminya.


2) Suksesi

Pada tahun 1995 Borland menghentikan pengembangan Turbo Pascal dan menggantinya dengan Delphi, berbasis Object Pascal (bahasa Pascal yang telah dilengkapi dengan fitur pemrograman berorientasi obyek). Perangkat lunak tersebut membawa banyak konsep baru kepada pengguna Turbo Pascal seperti konsep pemrograman berbasis RAD (singkatan dari rapid application development). Meski demikan, versi 32 bit Delphi masih mendukung cukup banyak aspek-aspek yang ada pada Turbo Pascal.




Send me an email and get my presentation, i'll email you soon:

zky_ranchancha@yahoo.co.id

Meet me on:

@zkyaninditha20




Pengikut